Mandi Wajib (Al Ghuslu)


Mandi (Al Ghuslu) atau bisa disebut juga mandi wajib, mandi janabah, mandi junub, adalah membersihkan seluruh tubuh dengan air untuk menghilangkan hadats besar.

Allah SWT berfirman :

وَإِنْ كُنْتُمْ جُنُبًا فَاطَّهَّرُوا 

Dan jika kamu junub, hendaklah kamu bersuci (mandi) (QS. Al Maidah : 6)

Adapun orang yang berkewajiban mandi janabat adalah,

1. Perempuan Setelah Haid, Nifas

وَيَسْأَلُونَكَ عَنِ الْمَحِيضِ قُلْ هُوَ أَذًى فَاعْتَزِلُوا النِّسَاءَ فِي الْمَحِيضِ وَلاَ تَقْرَبُوهُنَّ حَتَّى يَطْهُرْنَ

Dan mereka bertanya kepadamu tentang hukum haidl. Maka jawablah olehmu, ”(Haidl) itu suatu kotoran.” Maka hendaklah kamu berjauh diri dari perempuan di waktu haidl dan janganlah kamu hampiri (mencampuri) mereka hingga mereka bersuci. (QS. Al Baqarah : 222)

قَالَتْ عَائِشَةُكَانَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ أَبِي حُبَيْشٍ تُسْتَحَاضُ فَسَأَلَتِ النَّبِيِّ ِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ ذَلِكِ عِرْقٌ وَلَيْسَ بِحَيْضٍ فَإِذَا أَقْبَلَتْ حَيْضَتُكِ فَدَعِي الصَّلاَةَ وَإِذَا أَدْبَرَتْ فَاغْسِلِي عَنْكِ الدَّمَ ثُمَّ صَلِّي  

Aisyah ra, berkata, ”Fathimah bintu Abi Hubaisy terkena penyakit istihadlah (keluar darah semacam haidl), lalu ia bertanya kepada Nabi ﷺ. Maka beliau menjawab, ”Itu adalah ‘Irq (gangguan penyakit), bukan haidl. Apabila datang masa haidlmu tinggalkanlah shalat. Apabila telah lewat  kelazimannya, hendaklah engkau mandi dan shalat”. (HR. Bukhari) 

2. Orang Yang Telah Melakukan Jima’

 قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ الْمَاءُ مِنَ الْمَاءِ 

Rasulullah ﷺ bersabda, ”(Wajibnya) mandi itu karena keluar (mani)”. (Shahih Muslim)

Namun dalam hadits lain dinyatakan bahwa tanpa keluar manipun bila jima’, tetap harus mandi

قَالَ النَّبِيُّ ﷺ إِذَا جَاوَزَ الْخِتَانُ الْخِتَانَ وَجَبَ الْغُسْلُ 

Nabi ﷺ bersabda, ”Apabila al khitan (kemaluan laki-laki) melewati al khitan (kemaluan perempuan), maka wajiblah mandi”. (Shahih Ibnu Hibban)


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  ﷺ إِذَا جَلَسَ أَحَدُكُمْ بَيْنَ اْلأَرْبَعِ ثُمَّ جَهَدَهَا فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْل

Rasulullah ﷺ bersabda, ”Jika salah seorang diantara kamu duduk diantara anggota badan perempuan yang empat lalu ia menggaulinya (mencampurinya) maka wajiblah ia mandi”. (Shahih Bukhari)

3. Orang Yang Mengalami Ihtilam

قَالَتْ  أُمُّ سُلَيْمٍ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحِي مِنَ الْحَقِّ هَلْ عَلَى الْمَرْأَةِ غُسْلٌ إِذَا احْتَلَمَتْ قَالَ نَعَمْ إِذَا رَأَتْ الْمَاءَ 

Ummu Sulaim ra, berkata, ”Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu dari kebenaran. Apakah perempuan itu wajib mandi apabila ia bermimpi?”, Beliau menjawab, ”Ya, apabila ia melihat air (mani keluar).” (Shahih Bukhari)

4. Yang Akan Menunaikan Shalat Jum’at

قَالَ رَسُوْلُ اللهِ  ﷺ غُسْلُ يَوْمِ الْجُمُعَةِ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُحْتَلِمٍ 

Rasulullah ﷺ bersabda, ”Mandi pada hari Jum’at itu (hukumnya) wajib atas setiap orang yang cukup umur (dewasa)”. (Shahih Al Bukhari, Shahih Muslim, Shahih Ibnu Hibban)


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْجُمُعَةَ فَلْيَغْتَسِلْ

Rasulullah ﷺ bersabda, ”Jika salah seorang diantara kamu hendak datang pada shalat jum’at, hendaklah ia mandi.” (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Shahih Ibnu Hibban)

Tatacara Mandi Janabat atau Mandi Jum’at

Terkait tatacara mandi janabat, di beberapa hadits dijelaskan,

قَالَتْ عَائِشَةُ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ بَدَأَ فَغَسَلَ يَدَيْهِ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ كَمَا يَتَوَضَّأُ لِلصَّلاَةِ ثُمَّ يُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي الْمَاءِ فَيُخَلِّلُ بِهَا أُصُولَ شَعَرِهِ ثُمَّ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ ثَلاََثَ غُرَفٍ بِيَدَيْهِ ثُمَّ يُفِيضُ الْمَاءَ عَلَى جِلْدِهِ كُلِّهِ

Aisyah ra berkata, ”Sesungguhnya Nabi ﷺ apabila mandi karena junub, memulai dengan mencuci kedua tangannya, lalu memasukkan jari-jari tangannya ke dalam air dan menyela-nyela pangkal rambutnya, kemudian mencucurkan air di atas kepalanya dengan tiga cidukan kedua tangannya lalu meratakan air ke seluruh kulitnya.” (Shahih Bukhari)

قَالَتْ مَيْمُونَةُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ فَغَسَلَ فَرْجَهُ بِيَدِهِ ثُمَّ دَلَكَ بِهَا الْحَائِطَ ثُمَّ غَسَلَهَا ثُمَّ تَوَضَّأَ وُضُوءَهُ لِلصَّلاَةِ فَلَمَّا فَرَغَ مِنْ غُسْلِهِ غَسَلَ رِجْلَيْهِ

Maimunah ra berkata, ”Nabi ﷺ mandi janabat, beliau membersihkan farji (kemaluannya) dengan tangannya, lalu menggosokkan tangannya pada dinding dan mencucinya. Setelah itu, beliau berwudlu seperti wudlu untuk shalat. Setelah selesai dari mandinya, beliau membersihkan kedua kakinya.” (Shahih Bukhari)

عَائِشَةَ قَالَتْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا اغْتَسَلَ مِنْ الْجَنَابَةِ يَبْدَأُ فَيَغْسِلُ يَدَيْهِ ثُمَّ يُفْرِغُ بِيَمِينِهِ عَلَى شِمَالِهِ فَيَغْسِلُ فَرْجَهُ ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وُضُوءَهُ لِلصَّلَاةِ ثُمَّ يَأْخُذُ الْمَاءَ فَيُدْخِلُ أَصَابِعَهُ فِي أُصُولِ الشَّعْرِ حَتَّى إِذَا رَأَى أَنْ قَدْ اسْتَبْرَأَ حَفَنَ عَلَى رَأْسِهِ ثَلَاثَ حَفَنَاتٍ ثُمَّ أَفَاضَ عَلَى سَائِرِ جَسَدِهِ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ 

Aisyah ra berkata, ”Rasulullah ﷺ apabila mandi janabat mencuci kedua tangannya, kemudian menuangkan air dengan tangan kanannya atas tangan kirinya dan membersihkan kemaluannya. Kemudian beliau mengambil air (dengan tangannya) lalu memasukkan jari-jari tangan itu pada pangkal rambut. Setelah merata, baru beliau menyiramkan air ke atas kepalanya tiga kali cidukan tangan. Setelah itu beliau menyiramkan air ke seluruh tubuhnya, kemudian membersihkan kedua  kakinya. (Shahih Muslim) 

Pada waktu mandi janabat, perempuan diperbolehkan untuk tidak membuka sanggul. Dalilnya, sebagaimana diceritakan Ummu Salamah, istri Nabi ﷺ sebagai berikut :

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنِّي امْرَأَةٌ أَشُدُّ ضَفْرَ رَأْسِي فَأَنْقُضُهُ لِغُسْلِ الْجَنَابَةِ قَالَ لاَ إِنَّمَا يَكْفِيكِ أَنْ تَحْثِي عَلَى رَأْسِكِ ثَلاَثَ حَثَيَاتٍ ثُمَّ تُفِيضِينَ عَلَيْكِ الْمَاءَ فَتَطْهُرِينَ 

Dari Ummu Salamah, ia berkata Aku (Ummu Salamah) berkata, ”Ya Rasulullah, sesungguhnya saya seorang perempuan yang menyanggul rambut kepala saya. Apakah saya perlu membuka sanggul itu buat mandi haidl dan janabat?”, Rasulullah menjawab, ”Tidak usah, sesungguhnya engkau hanya cukup menuangkan air atas kepalamu tiga kali saja kemudian menyiramkan air atas badanmu. Dengan begitu engkau telah bersih.” (Shahih Muslim, Shahih Ibnu Khuzaimah)

Dari beberapa riwayat tentang cara mandi janabat, dapat disimpulkan sebagai berikut:

  • Mencuci terlebih dahulu kedua tangan
  • Membersihkan kemaluan dengan tangan kiri
  • Berwudlu seperti wudlu biasa, tetapi mencuci kedua kaki diakhirkan (atau sampai mengusap kepala)
  • Mencuci kepala sampai pangkal rambut
  • Menuangkan air tiga kali (3x) ke atas kepala
  • Menyiramkan air ke seluruh badan
  • Mencuci kedua kaki.

Demikian cara mandi junub yang dicontohkan oleh Nabi ﷺ.