Mulia Dengan Membaca

Perintah membaca merupakan perintah dan wahyu pertama yang diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah ï·º , sebagaimana friman-Nya,

اقْرَØ£ْ بِاسْÙ…ِ رَبِّÙƒَ الَّØ°ِÙŠ Ø®َÙ„َÙ‚َ (Ù¡)Ø®َÙ„َÙ‚َ الإنْسَانَ Ù…ِÙ†ْ عَÙ„َÙ‚ٍ (Ù¢)اقْرَØ£ْ ÙˆَرَبُّÙƒَ الأكْرَÙ…ُ (Ù£)الَّØ°ِÙŠ عَÙ„َّÙ…َ بِالْÙ‚َÙ„َÙ…ِ (Ù¤)عَÙ„َّÙ…َ الإنْسَانَ Ù…َا Ù„َÙ…ْ ÙŠَعْÙ„َÙ…ْ (Ù¥)

Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, karena Tuhanmu itu yang Maha Mulia. Yang mengajar dengan perantaraan qalam. Ia mengajari manusia yang tidak diketahui mereka. (QS. Al ‘Alaq [96] : 1 - 5)

Begitu pentingnya perintah membaca ini hingga diulang dua kali dalam rangkaian wahyu pertama. Perintah ini tidak ditujukan kepada pribadi Nabi ï·º semata tetapi juga perintah untuk seluruh manusia. 

Pada ayat pertama di atas dikaitkan dengan kalimat بِاسْÙ…ِ رَبِّÙƒَ (dengan nama Tuhanmu), hal ini menuntut si pembaca bukan hanya sekedar membaca dengan ikhlas tetapi juga harus memilih bahan bacaan yang tepat, yang tidak bertentangan dengan nama Allah.

Pada ayat ketiganya, perintah membaca dikaitkan dengan kalimat ÙˆَرَبُّÙƒَ الْØ£َÙƒْرَÙ…ُ (dan Tuhanmu yang Maha Mulia), ini mengandung pengertian bahwa Allah dapat menganugerahkan puncak dari segala kemuliaan kepada orang yang membacanya. 

Di sini terlihat perbedaan perintah membaca pada ayat pertama dan pada ayat ketiga. Pada ayat pertama menjelaskan syarat yang harus dipenuhi ketika seseorang membaca, sedangkan perintah kedua menjanjikan manfaat yang diperoleh dari bacaan tersebut.

Allah akan menganugerahkan puncak kemuliaan kepada yang membacanya, karena apa yang dibacanya merupakan bacaan yang sangat mulia sebagaimana firman-Nya :

Ø¥ِÙ†َّÙ‡ُ Ù„َÙ‚ُرْآنٌ Ùƒَرِيمٌ (٧٧)

Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia, (QS. Waqiah [56] :77)